Rasa acuhmu padaku kutafsirkan dalam berbagai penjelmaan,
Kadang ku berpikir itu adalah caramu menguji sebrapa keras aku mengusahakan dan mempertahankan mu,
Kadang ku berpikir itu adalah caramu mengusirku untuk menjauh dari kehidupan mu
Kadang ku berpikir itu adalah caramu membuatku tak mencintaimu lagi dan berharap aku mencari bidadari sebagai pengganti
Namun, jelas terpapar baik dulu, kemarin, hari ini, mungkin juga esok, bahwa tak bisa kutepis rasa yang semakin menggaris,
Tak kupungkiri cinta yg semakin membuatku iri,
Kadang
kumemilih untuk mengebiri rasa ini, namun apalah dayaku semakin ku
berkata aku tak mencintaimu semakin pula dirimu menelusup dan membuat
ruang baru didalam hati yang sebenarnya memang tak pernah kuijinkan
seorangpun untuk mengisi
kau datang begitu cepat dengan tanpa ku berpendapat
Bagaimana bisa, aku mengharapkan mu disaat dirimu tak lagi dekat denganku
Bgaimana bisa, aku tak berpaling darimu setelah sekian kata tak pernah kau anggap makna
Bgaimana bisa, aku masih saja mengejarmu disaat kata 'tidak' telah terlontar dari bibir tipismu
Bagaimana bisa,
Bagaimana bisa, aku tak mencintaimu bila tempat ku mendamba hanyalah hatimu
Bagaimana bisa , aku berpindah bila hanya kau lah tempatku singgah,
Bodoh,
kata yg sering terucap dari wanita yang berusaha membuatku melupakan mu
namun tak sedikitpun kasihnya menggemingkan obsesi akan dirimu
memang kau nampak seperti obsesi tanpa kata berhenti,
bukan,
lebih tepatnya kau adalah sepenggal kata yang tak sempat diucapkan
tunawicara, atau kau adalah persepsi lukisan dari mereka para orang
buta,
hah, lelah memang menggambarkanmu, karena memang tiada kata yang bisa menggambarkan ciptaanNya dalam wujud indah sepertimu.
fatamorgana kelana
karya : Ristanto