
Ferris Wheel Alun-Alun Kota Batu
Matahari telah terbit kembali, dengan rasa kantuk
dimataku kucoba mengumpulkan energi untuk beranjak dari tempat tidur yang
terasa merantaiku. Kulihat jadwal kuliahku hari ini ternyata penuh sampai sore
hari. Segera kubersihkan diri dikamar mandi dan kupacak diri agar pantas untuk
pergi. Kugerakkan kaki sembari memandangi langit yang berseri.
Tibalah aku dikampus tempatku menaruhkan semua
harapku. Terdengar suara memanggilku. “ristan tungguin.!!!” Suara itu tak asing
bagiku. Vieta namanya teman sekelasku sejak semester satu.
“hai viet, diantar kakak mu lagi…? Tanyaku.
“gak ris, tadi yang anter ayahku, soalnya
kakak ku ada kerjaan diluar kota.” Balasnya.
Kami belum lama kenal, kurang lebih empat bulan yang
lalu, itupun tak sengaja karna kami satu kelas dan mempunyai hobi yang sama,
yaitu kami sama-sama suka anime. Vieta adalah gadis cantik, jujur, sederhana,
penyabar dan dia adalah anak dari golongan orang berada. Dia tidak pernah
memilih dan memilah bila berteman. Asalkan orang yang ingin berteman dengannya
memberi dampak baik katanya.
Sampailah kami dikelas, namun belum ada seorangpun
dikelas selain kami berdua yang baru datang. Akupun duduk disamping vieta dan
mulai mengajaknya bicara.
“kita
terlalu pagi datangnya vie.” Kataku untuk menghangatkan suasana yang hening.
“iya ris,
biasa anak rajin hehhhe” jawabnya sambil tertawa.
Kami
berbincang cukup lama sampai obrolan kamipun terhenti karena banyak teman kami
yang datang.
“cie vieta
sama ristan berduaan aja hahahha” suara Firman sambil menunjuk kami.
Teman-teman
kamipun tak tingal diam, mereka semua menggoda kami dengan candaan mereka. Vietapun
hanya tersenyum dan diam, akupun diam seperti halnya vieta. Suasana kembali
hening saat dosen jam pertama kami ibu Endah datang. Setelah selesai kuliah
seperti biasa aku aku tak langsung pulang, kutemani vieta yang menunggu
dijemput oleh ayahnya. Dan saat seperti inilah saat-saat yang paling aku sukai.
Karena kami dapat berdua dan bicara tentang apapun yang kami suka. Hampir
setiap hari aku menemaninya menunggu jemputan dari keluarganya. Memang vieta
tidak boleh naik motor sendiri ke kampus karena kata orang tuanya naik motor
itu banyak resikonya. Makanya tiap pagi dia diantar oleh keluarganya. Terkadang
ayah, ibu, atau kakaknya. Akupun cukup mengenal keluarga vieta karena seringnya
aku menemaninya menunggu dijemput keluarganya. Sore itu jemputan vieta lama
sekali belum juga datang. Ternyata ayah vieta baru bisa menjemput nya jam enam
sore. Vietapun terlihat lesu karena dia harus menunggu sampai jam enam dikampus
sedangkan ini baru jam tiga sore.
“vie, dari
pada kamu nunggu disini sendiri kelamaan. Mau gak aku anterin pulang” tawarku
padanya.
“gak usah
ris, malah repotin kamu ntar..?” jawab vieta.
“Gak kok
vie, santai aja. Kaya’ sama siapa aja hehhe” balasku.
“Beneran ni
ris gpp..?” tanyanya kembali.
“iya vie,
tapi temenin cari makan dulu ya. Kamu kan juga belum makan tadi” jawabku
padanya.
“yaudah kalo
gitu, sekarang kemana kita..? tanyanya padaku.
“ke kostku
dulu ambil motor sekalian tak naruh tas, berat soalnya” jawabku.
“siap ndan
hehehhe” balasnya sambil ketawa.
Kamipun berjalan berdua menujun kostku yang tidak jauh
dari kampus. Sampailah kami dikostku. Dia aku suruh menunggu diruang tamu.
“duduk dulu vie aku tak keatas ganti baju dulu” suruhku pada vieta. Belum ku beranjak
dari sisi vieta yang sedang duduk, ibu kost ku keluar dari kamarnya dilantai
satu. Memang kostku satu rumah dengan keluarga pemilik kost.
“pacarmu
ris..?, pintar kamu pilih wanita, dapat yang cantik seperti dia.” Tanya ibu
kostku padaku.
“eeeeee, bu
bu bukan bu, dia Cuma teman kok.” Jawabku dengan sedikit gagap tingkah konyolku
karena pertnyaan yang mengagetkan tadi. Kulihat vieta tertawa kecil melihatku
dibuat kikuk karena sebuah pertanyaan sepele. Segera aku beranjak dari ruang
tamu dan beranjak kekamar untuk ganti baju. Selesai kupacak diri dan pergi
menghampiri vieta yang sudah lama menunggu dibawah. Saat aku datang kulihat dia
masih tertawa kecil memandangiku. Segera kuajak dia untuk beranjak dari kostku.
“ayo vie”
ajak ku padanya.
“siap
ndan..” jawabnya dengan tawa kecil terlepas dari mulutnya.
Didalam perjalanan mengantar vieta pulang, aku kembali
teringat moment yang kikuk tadi. Aku berpikir kenapa aku tidak bisa menjawab
pertanyaan sepele tadi. Sampai lamunanku terhenti saat vieta mengajakku bicara
,
“katanya
tadi kamu mau makan dulu.” Tanya vieta padaku.
“oh iya
sampai lupa aku, depan situ ada rumah makan kok. Kita berhenti disitu aja”
jawabku.
Tibalah kami
dirumah makan tersebut, langsung aku pesan makan. Sembari kami menyantap
hidangan yang telah tersedia aku banyak bertanya pada vieta tentang pribadinya.
Mulai dari hal-hal sepele sampai kepada hal yang bisa dibilang personal. Dia
juga banyak bertanya kepadaku tentang banyak hal, seperti apa hobiku selain
baca dan mengoleksi anime, makanan kesukaanku, pelajaran apa yang paling aku
hindari waktu SMA, sampailah dia bertanya tentang masalah asmara padku.
“ris,
sebenernya kamu tu udah punya pacar belum sih kok keliatanya dari teman-teman
yang lain kamu cenderung diam baik di medsos ataupun obrolan biasa kamu gak
pernah nyinggung soal kehidupan asmaramu..? tanyanya padaku. Akupun bingung mau
jawab pertanyaan iu. Kemudian aku hanya jawab “ haha kamu aja juga jarang
liatin hubungan mu sama pacarmu. Jawabku pada nya.
Memang kami juga satu tipe orang yang sama. Kami tidak
terlalu suka mengumbar kehidupan asmara kami dipublik. Bahkan empat bulanan aku
mengenalnya belum sempat aku bicara perihal asmara dengannya. Yang aku tahu dia
masih single. Karena sering aku lihat chat di hpnya waktu kami tukeran hp waktu
jam istirahat. Chat historynya tidak ada yang nama cowo kecuali namaku dan
teman sekelas kami. Kami memang sudah sangat akrab, bahkan aku yang notabene
bukanlah orang yang mudah menerima kehadiran seseorang hanya dalam jangka empat
bulan saja sudah nyaman dengannya. Kurang lebih setengah jam dijalan, akhirnya
kamipun tiba dirumah vieta. Akupun diajaknya untuk masuk dulu, akupun
mengiyakan ajakan dari vieta. Ternyata dirumah vieta memang sedng tidak ada
orang, ayah dan ibu vieta belum pulang dari kantor mereka bekerja. Akupun tak
enak berada dirumah vieta tanpa ada orang tuanya. Akupun pamit pulang padanya.
Vietapun mengantarku sampai halaman depan dan menunggu sampai aku beranjak dari
rumahnya.
Perjalananku pulang kekost aku teringat saat-saat
pertama aku mengenal vieta. Vieta adalah gadis yang menurutku unik, karena tak
hanya cantik. Dia adalah satu-satunya gadis yang pernah kutemui yang suka
dengan anime. Karena kebanyakan gadis zaman sekarang pasti sukanya dengan
hal-hal yang berbau korea. Beda dengan vieta, dia cenderung lebih suka dengan
hal-hal yang berbau jepang. Memang sama denganku hehhe. Pertama yang membuatku
tertarik dengannya adalah saat melihatnya posting gambar sasuke uchiha di
instagramnya. Kemudia esoknya aku bertanya padanya apa dia beneran suka dengan
anime atau hanya kebetulan posting gambar tersebut. Ternyata memang dia
penggemar anime. Sejak saat itu bisa dibilang aku telah tertarik dengannya.
Banyak hal yang biasa kami lakukan, mulai dari jalan-jalan keliling kota
malang, makan bersama, nonton film di bioskop bersama, dan banyak hal lainnya.
Setibanya aku dikost sudah pukul lima sore. Segera kubergegas kekamar mandi dan
membersihkan badan yang penuh keringat ini.
Selesai mandi kucek hp ternyata ada panggilan tak terjawab dari vieta.
Segera aku pakai baju dan kutelephone balik vieta.
“hai vie,
maaf tadi aku pas mandi jadi gak tahu kalo kamu telephone. Ada apa..? tanyaku.
“gpp kok
ris, mastiin aja kamu dah sampe kost belum.” Jawabnya.
“hahaha
kawatir ya sama aku kalo terjadi apa-apa…? Tanyaku kembali.
“ya jelas
lah ris, kamu kan temen deketku.” Balasnya.
“lebih dari
teman juga mau kok hahaha” candaku padanya.
“ah kamu itu
bercanda aja ris, bikin salting tau hehhe” sautnya.
Sekitar satu
jam aku bercakap-cakap dengannya via telephone, dan kulihat sudah jam setengah
tujuh. Segera kuambil air wudhu dan shalat magrib, biarpun telat tetep harus
sholatkan hehhe.
Keesokan harinya aku bertemu vieta seperti biasa
dikampus, namun kali ini aku lihat dia nampak sumringah dan ceria. Akupun
segera bertanya padanya kenapa dia terlihat begitu senag. Namun dia Cuma
berkata “karena bertemu kamu ris hehhhe” jawaban yang membuatku senang namun
aku tahu itu hanya candaannya saja. Seperti biasa kami saat jeda jam
perkuliahan aku dan vieta kalo tidak makan di kantin dekat fakultasku ya
nongkrong diperpus, iya nongkrong karena kami kesitu kebanyakan tidak untuk
membaca buku tapi untuk memanfaatkan fasilitas wifi disana hehehe, jangan
ditiru ya ini kebiasaan buruk. Seringkali kami berduaan terus sehingga
terkadang banyak pertanyaan baik dari teman satu kelas ataupun dosen yang cukup
kenal kami, apakah kami berpacaran. Namun kami hanya bisa menjawab belum
hahhha. Suatu ketika ada dosen yang bertanya pada kami perihal hubungan kami
saat bercanda dalam kelas.
“iya
saudara-saura sekalian, wajar jika remaja apalagi mahasiswa seperti anda bila
tertarik dengan lawan jenis dan mempunyai rasa untuk mencoba membangun komitmen
dalam suatu hubungan seperti halnya pacaran. Benar tidak kita tanya pada
saudara ristan dan vieta. Coba tanya mereka..!” penjelasan pak Djoko suryono
dosen psikologi perkembangan yang sedang menmberikan materi. Sontak kelaspun
berubah dari keadaan khidmat mendengarkan materi yang disampaikan menjadi riuh
oleh suara teman-teman kami yang menyoraki kami. Segera pak Djoko pun
mencairkan suasana namun malah bertanya kepada kami berdua.
“bagaimana
ristan ,vieta, benar kan kalian mengalami hal tersebut” tanya pak djoko pada
kami. Dengan kompaknya kami tanpa sadar hanya saling memandang tanpa bisa
berkata apapun. Dari situ sebenarnya ada perasaan senag karna memang dalam
keinginananku aku pun mau bila menjadi pacar dari vieta. Hari demi hari kami
lewati seperti biasa. Seiring berjalannya waktu akupun sadar bahwa terkadan
bila libur hari minggupun aku bertemu dengan vieta. Seperti ada sesuatu yang
kurang dalam hari-hariku. Namun itu aku anggap hanya karena kebiasaanku bersama
dengannya setiap hari, namun setelah sehari saja tak bertemu atau tidak ada
kabar darinya hariku terasa kurang.
Perasaan yang aku anggap biasa tersebutpun mulai aku
anggap janggal ketika siang itu vieta di temui oleh cowok kelas lain saat
bersamaku duduk di gazebo depan gedung kuliahku. Ternyata dia adalah teman satu
UKM dengan vieta. Disitu dia mendatangi kami dan bertanya pada ku terlebih
dahulu sebelum ke vieta.
“ hai bro,
kenalin alfi. Anak FE” sapanya ramah padaku.
“ristan ,
anak sastra. Salam kenal” jawabku dengan santai.
“pinjam si
vieta dulu ya bro sebentar.” Meminta padaku.
“Ya tanya
aja orang nya itu disamping” jawabku dengan agak sinis.
“udahlah
ris, jangan sinis Cuma sebentar kok” saut vieta padaku.
“gak sinis
vie, emang gini kan gaya bicaraku” jawabku pada vieta. Walaupun sedikit sinis
juga aku liat vieta ngobrol berdua dengan cowok yang baru dia kenal. Diajaknya
vieta sedikit menjauh dari tempat dudukku. Kulihat cowok itu seperti meminta no
vieta karena dia mengeluarkan hpnya dan dengan serius mendengarkan saat vieta
berbicara. Lima menit kemudian vieta kembali ketempatku dan menegurku.
“hei,
kenapaa mukamu kamu tekuk kaya gitu.?” Tanya vieta padaku.
“apaan,
biasa aja.” Jawabku singkat.
“udah jangan
cemburu, dia Cuma minta no ku untuk acara UKM ris.” Balasnya. Tak ku jawab
pertanyaannya dan lansung aku alihkan pembicaraan pada hal lain. Kuajak dia
kembali ke kelas karena sudah hampir masuk jam kuliah selanjutnya,
Sampai dikostpun aku masih terpikir kejadian saat
dikampus. Saat vieta dihampiri oleh cowok lain seperti ada perasaan tak rela,
disitu aku baru sadar bahwa telah timbul rasa suka dalam hatiku pada vieta.
Malam itupun aku terus memikirkan vieta. Dan pada akhirnya kutelphone vieta.
Namun nonya sedang sibuk, akhirnya aku sms dia.
Inilah bunyi
sms yang kukirimkan padanya.
“ vie, boleh
tanya gak. Wajar gak sih bila seorang teman suka sama sahabatnya sendiri. Wajar
gak kalau seorang teman menaruh perhatian lebih pada sahabatnya. Wajar gak jika
seorang teman berharap ingin lebih dekat dengan sahabatnya, dan wajar gak bila
seorang teman jatuh cinta pada sahabatnya sediri…?”
Kukirimkan
sms itu dan menunggu jawaban dari vieta. Kutunggu satu jam belum juga ada
balasan. Tetap kutunggu berharap dia membalas pesan dariku. Tersadar oleh suara
alarm, ternyata aku sampai tertidur karena mungkin kelelahan karena kegiatan
dikampus. Kucek hpku ada dua sms masuk dak satu panggilan tak terjawab. Segera
kucek ternya semua dari vieta. Dia membalas pesanku semalam. Jawabannya pun
singkat “gak salah kok, siapa ris cewknya kenalin aku dong..!! please …”
begitulah isi smsnya.
Ternyata vieta tak sadar bahwa pesan tersebut
kumaksudkan untuk dirinya. Smsnya pun
tak ku balas. Sampai kami bertemu seperti biasa dikampus. Dia menanyakan
perihal sms yang aku kirimkan padanya semalam. Namu dengan kilah itu adalah
kasus dari temanku akirnya vieta berhenti menanyakan hal itu. Walaupun
sebenarnya semua itu adalah kasusuku dengannya sendiri. Hari demi hari kulewati
dengan memendam perasaan yang sebenarnya inginku ungkapkan padanya. Namun aku
takut jika perasaanku ini aku ungkapkan, maka akan merusak hubungan
persahabatan kami. Maka terus kupendam perasaan ku ini sendiri.
Waktu terus berjalan tak terasa aku sudah berteman
dengan vieta selama enam bulan. Dan tak terasa pula aku sudah terlalu lama
memendam perasaanku padanya. Seringkali terbersit dalam pikiranku untuk
mengungkapkan perasaanku ini padanya. Namun lisanku seakan terbungkam mengingat
kami sudah berteman lama dan aku takut bila hanya karna ingin memenihi egoku ,
persahabatan kamipun hancur. Namun pada puncaknya aku tak sanggup lagi menahan
gejolak perasaan yang memaksa untuk diungkapkan. Akhirnya kubulatkan tekad
untuk mengungkapkan semuanya pada saat yang tepat. Hari yang spesial dan
bermakna. Kuputuskan untuk mengungkapkannya dua minggu lagi tepat hari dimana
aku dilahirkan kedunia ini. Akupun berharap vieta dapat menjadi kado spesial
pada hari tersebut. Setelah menunggu cukup kurang lebih dua minggu hari yang
kunantikan pun tiba. Besok adalah hari ulang tahunku. Hari dimana kubulatkan
tekad ungtuk mengungkapkan semua perasaan yang menggelora ini padanya. Keesokan
harinya banyak sekali notif bermunculan di hpku, dan semuanya sama. Ucapan
ulang tahun dan bla bla bla. Tahu sendiri kan seperti apa heheheh. Namun disitu
notif yang paling kucari tidak muncul, iya ucapan dari vieta kok gak ada
pikirku. Dengan rasa yang sedikit kecewa aku berpikir, apa dia lupa hari ulang
tahunku. Namun segera aku berpikir, mungkin dia mau kasih kejutan kali makanya
dia gak ngucapin duluan. Dengan semangat aku berangkat kekampus berharap segera
bertemu dengan vieta. Namun kembali kekecewaanku muncul. Vieta tidak masuk
kuliah tak tahu kenapa. Hpnyapun juga tidak bisa dihubungi. Akirnya akupun
memendam kecewaku pada hari itu. Tanpa diduga, ada line dari vieta, kubuka dan
terntanya ada video yang dia kirim, betapa terkejutnya aku melihat video itu.
Dalam video itu vieta vieta membuat sebuah stop motion dengan tulisan “happy
birthday ristan …..” video tersebut kurang lebih 3 menit dengan menampilkan
foto-fotoku bersama vieta, baik saat kami senang, sedih bahkan expresi-ekspresi
jelek kami saat berfotopun juga ada. Saat itulah semua rasa kecewaku padanya
hilang. Segera aku telephone dia.
“huft hampir
aja aku marah sama kamu vie, tak kirain lupa hari apa ini” sautku padanya.
“ hahah
jangan marah ris, sengaja aku gak ngucapin lewat chat atau telephone dan aku
gak masuk kuliah biar surprise. Gak mungkinlah aku lupa hari apa ini, inikan
hari dimana teman terbaikku lahir hehheh” jawabnya tertawa.
“karena kamu
udah bikin marah aku, sebagai gantinya nanti malam kamu nemenin aku keluar
keliling malang ya. Harus itu, hukumnya wajib. Nanti jam tujuh kujemput.”
Balasku.
“iya-iya,
tapi traktir ya hehhe. Balasnya. Kurang
lebih satu jam kami bercakap via telephone. Waktu sudah menunjukan jam lima
sore. Segera aku mandi dan memacak diri untuk hari dan moment terpenting malam
nanti. Karena malam ini aku akan menyatakan semua perasaanku padanya. Setelah
selesai shalat magrib, segera kugeber motor klasikku menuju rumah sahabat
spesialku. Dalam perjalanan menuju rumah vieta aku berpikir bagaimana carku
mengungkapkan perasaanku ini. Namu tak satupun cara kutemukan. Pada akhirnya
dengan kebiasaanku. Kupercayakan diri untuk mengatakan semuanya apa adanya saja
seperti halnya keseharianku yang penuh spontanitas hehheh. Tibalah aku dirumah
vieta, segera ku ketuk pintunya. Keluarlah ibu vieta.
“assalamualaikum
tan.” Sapaku pada ibu vieta.
“walaikiumsallam
dek, cari vieta ya..? silahkan masuk dulu, katanya tadi kalau kamu datang
disuruh menunggu sebentar.” Balas ibu vieta dengan ramahnya. Segera aku masuk
dan duduk diruang tamu dengan ayah dan ibu vieta. Vieta tak lama turun dari
kamarnya. Segera aku meminta ijin untyuk mengajak vieta keluar. Orang tuanyapun
mengijinkannya karena mereka sudah mengenalku dengan baik, mengingat aku pernah
mengantar vieta pulang dan sering pula menyambangi rvieta dirumah untuk mengembalikan
atau mengantar buku yang ingin dipinjam vieta.
Kamipun pamit untuk pergi. Diperjalanan vieta banyak
menggodaku, dan mengajakku bercanda.
“cie yang
baru ulang tahun, nanti traktir ya hehehhe” godanya padaku.
“siap ndan
hahhaah” balasku padanya.
“udah tambah
umurnya, tapi kok masih jomblo aja kamu hahha” ledeknya padaku.
“emang kamu
udah punya pacar.? Hahah” balasku padanya.
“ih kamu gak
asik ris, ni makan jomblo..hahha” dicubitnya tanganku.
“ah sakit
vie, kamu jahat kalo lagi marah sama aku.” Balasku.
Setelah
kurang lebih kami dalam perjalanan kami berhenti di rumah makan dekat dengan
alun-alun kota batu untuk makan malam. Ya memang malam itu tujuanku menuju
alun-alun kota batu bersama vieta. Setelah selesai makan kamipun sgera menuju
alun-alun untuk menikmati malam berdua. Disitu aku terbersit ide untuk
menyatakan perasaanku padanya diatas wahana Ferris Wheel atau lebih
dikenal dengan bianglala di malang. Kuajak dia menaiki wahan tersebut. Saat itu
kumantapkan hati untuk menyatakan semuanya, dengan resiko apapun yang akan
kuterima.
Kamipun menaiki bianglala, dalam putaran kedua aku
berkata pada vieta yang sedang asyik mengajakku selfie.
“ vie, mau
gak jadi pacarku…?” tanyaku.
“hah apa
ris..? tanyanya balik.
“kamu mau
gak jadi pacarku vie…?” tanyaku memperjelas.
“hah… apaan
sih ris gak usah bercanda deh, gak lucu tau.” Jawabnya dengan kaget.
“aku gak
bercanda vie, kapan ta kamu liat aku bercanda soal kaya gini. Aku tuh beneran
suka sama kamu, aku berharap lebih dari sekedar teman vie, aku ingin memegang
tanganmu dan berkata pada siapapun yang bertanya tentang hubungan kita dengan
lantang aku ingin menjawabnya. Iya vieta pacarku. Kamu mau gak jadi pacarku.”
Tanyaku lagi.
“gimana ya
ris…? Jujur aku emang nyaman sama kamu, aku pun sama punya keinginan lebih dari
sekedar teman denganmu. Tapi aku takut ris, jika nanti hubungan yang kita
inginkan ini tak berjalan sesuai persepsi kita dan akirnya malah membuat kita
saling menjauh satu sama lain ris. Aku gak mau itu terjadi.’ Jawabnya.
“begitupun
aku vie, namun apalah arti sebuah hubungan tanpa ada hambatan dan rintangan.
Pasti kedua hal tersebut selalu ada vie. Tapi yakinlah selama kita bisa saling
mngerti dan tidak mengedepankan ego kita msaing-masing tentu hal itu tidak akan
terjadi.” Jelasku padanya.
“iya ris,
aku mau. “ jawabnya singkat.
Langsung
kupeluk dia dan aku berkata padanya.
“makasih ya
kamu mau nerima aku, aku gak bisa janjiin banyak kekamu. Aku gak bisa
menjanjikan kamu bahagia seterusnya. Namu aku akan selalu menciba menjadi sosok
yang selalu dapat membuatmu tertawa saat kamu terluka.” Perkataanku padanya.
Tak lama bianglala kamipun berhenti dan kami turun bersama. Kulihat dari raut
mukanya, vieta terlihat bahagia. Kugandeng tangannya dan kuajak dia
mengelilingi alun-alun kota batu tersebut. Waktu sudah mulai larut malam
akirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Setibanya dirumah vieta akupun
segera pamit pulang kepada orangtua vieta. Keesokannyapun kami bertemu dan
memang janjian bertemu di depan gerbag masuk kampus. Kutunggu dia dan akhirnya
dia datang diantar kakaknya. Kamipun segera beranjak menuju kelas. Kugandeng
tangannya , walau sedikit canggung karena ini kali pertama kami bergandengan
tangan didepan umum walaupun kami sudah sering terlihat bersama. Aku masuk
kelas dengan tetap mengandeng tangannya dan duduk bersebelahan. Teman-teman
kamipun banyak yang bertanya apa kami sudah jadian beneran dan seperti apa yang
aku katakan pada vieta. Kujawab dengan lantang bahwa vieta adalah pacarku.
-Ristanto-
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar