Kamis, 17 Desember 2015

Uang dan Kekuasaan


Uang dan Kekuasaan
karya : Ristanto


Hai nak, bagaimana kau akan bernapas bila tiap detik napasmu dikebiri oleh api dan ketamakan uang korupsi,
Rumahmu tak ada lagi, rumahku tak bisa ditempati lagi. Semua berkat jasa koruptor yang keji

Ucapkanlah selamat wahai anak adam, pada mereka yang semakin memperkaya diri dengan terus menindas kami
Ucapkanlah selamat pada mereka yang tak segan menembaki bahkan mengusir kami dari rumah kami sendiri
Ucapkanlah selamat pada orang yang katanya cendikiawan berdasi namun sama sekali tak memiliki hati nurani
Ucapkanlah selamat bagi mereka wahai anak adam,
Ucapkanlah karna berhasil membunuh jenis mereka sendiri, nanti

Rintihan kami memang tak bisa kalian mengerti.
Bukan,
Kalian mengerti namun hanya menutup hati karna terganjal oleh ketamakan diri
Kalian hidup karena makan dari kami, namun kalian mati karena mematikan dirimu sendiri
Wahai anak adam, sampai kapan kalian begini. Terus mengebiri kami terus menindas kami

Senin, 14 Desember 2015

fatamorgana kelana

 
Rasa acuhmu padaku kutafsirkan dalam berbagai penjelmaan,
Kadang ku berpikir itu adalah caramu menguji sebrapa keras aku mengusahakan dan mempertahankan mu,
Kadang ku berpikir itu adalah caramu mengusirku untuk menjauh dari kehidupan mu
Kadang ku berpikir itu adalah caramu membuatku tak mencintaimu lagi dan berharap aku mencari bidadari sebagai pengganti
 
Namun, jelas terpapar baik dulu, kemarin, hari ini, mungkin juga esok, bahwa tak bisa kutepis rasa yang semakin menggaris,
Tak kupungkiri cinta yg semakin membuatku iri,
Kadang kumemilih untuk mengebiri rasa ini, namun apalah dayaku semakin ku berkata aku tak mencintaimu semakin pula dirimu menelusup dan membuat ruang baru didalam hati yang sebenarnya memang tak pernah kuijinkan seorangpun untuk mengisi
kau datang begitu cepat dengan tanpa ku berpendapat

Bagaimana bisa, aku mengharapkan mu disaat dirimu tak lagi dekat denganku
Bgaimana bisa, aku tak berpaling darimu setelah sekian kata tak pernah kau anggap makna
Bgaimana bisa, aku masih saja mengejarmu disaat kata 'tidak' telah terlontar dari bibir tipismu
Bagaimana bisa,
Bagaimana bisa, aku tak mencintaimu bila tempat ku mendamba hanyalah hatimu
Bagaimana bisa , aku berpindah bila hanya kau lah tempatku singgah,

Bodoh, kata yg sering terucap dari wanita yang berusaha membuatku melupakan mu namun tak sedikitpun kasihnya menggemingkan obsesi akan dirimu
memang kau nampak seperti obsesi tanpa kata berhenti,
bukan, lebih tepatnya kau adalah sepenggal kata yang tak sempat diucapkan tunawicara, atau kau adalah persepsi lukisan dari mereka para orang buta,
hah, lelah memang menggambarkanmu, karena memang tiada kata yang bisa menggambarkan ciptaanNya dalam wujud indah sepertimu.

fatamorgana kelana
karya : Ristanto

Senin, 23 November 2015

Wahai Hawa


Wahai Hawa
oleh : Ristanto

Biarkanlah aku berhenti sejenak dalam mengejarmu,
Hah, terasa letih memang tiap sendi yang selalu kau nikmati
Wahai hawa pemilik senyum itu,
Senyum tipis yang kau gores pertama kali ku memandangmu,
Wahai hawa pemilik goresan tipis alis itu,
Yang selalu ku jadikan gurauan atas dirimu,
Hah, lelah memang memendamnya sendiri,
Wahai hawa pemilik paras cerah pengusir gundah,
Wahai hawa pemilik nama yang sering kueja tiap untaian doa,
Kupandang indahnya dirimu dibalik diamnya sikapku,
Kujelajahi tiap inci detail indah karismamu dalam deru imajinasi yang semakin menggebu,
Fluktuasi harmoni tak dapat kuhindari dari mengenal dirimu yang tertaut pada diri pribadi
Ah, sudahlah cukup lelah aku menyembunyikannya
Cukup lelah aku menyimpannya,
Wahai hawa pemilik rasa ini, izinkanlah aku mengejarmu lagi,
Namun cobalah pelankan langkahmu agar bisa kuimbangi dengan perasaanku,
Ah, sudahlah terlalu banyak aku bicara,
Wahai hawa terimalah rasa yang hina ini tautkanlah pada hati,
Wahai hawa terimalah cinta ini tautkanlah pada napasmu,
Karena tak berhak aku memaksakan dia untuk dirimu.

                                                                                  Malang, November 23, 2015

Rabu, 18 November 2015

Bukan Cinta Tapi Kita

Bukan Cinta Tapi Kita
oleh: Ristanto

Lagi, kau padam kan api yang mulai kusulut dari abu kecewa.
Kau benamkan lagi napas lembut kedalam aliran air yang semakin membuatku larut.
Nyaman,
Kata yang mewakili perasaan mu padaku, tapi masih saja kau ingat dia yang dulu
Masalah,
Tak pernah ku permasalahkan haruskah kau lupakan.
Namun,
Namun sedarilah kau telah terluka kesekian kalinya
Jenuh,
Apa kau tidak jenuh dengan peluh yang semakin mengeluh
Sakit,
Kau berkata "apa kah kau tahu sakitnya yg kurasakan?"
Entah,
Entahlah, apa kah seperti ini yang engkau rasakan.
Tapi,
Tapi hati seperti tersayat, tertusuk, dan terkoyak saat kau menangis di lebatnya gerimis.
Cinta,
Kuanggap tiada cinta, karena cinta bukanlah cinta bila dia tak berarti kita.

Sabtu, 07 November 2015

DINDA


DINDA
 oleh: ristanto

     Benar, aku hanya bisa terpatung bisu saat kau bertanya siapakah Dinda yang mendampingiku saat ini
Entah kau akan tahu ataukah diriku tetap terpatung bisu, mengakui bahwasanya Dindaku masihlah dirimu
Dirimu, 
Dirimu yang dulu kala menggengam tanganku dengan erat kala Dinda takut
Bersandar dipundakku kala dinda letih, mencari dadaku kala Dinda tak sanggup lagi menahan tangis
dan mencari sosok bodoh ini kala Dinda tak tahu lagi harus kemana lagi

    Kini engkau, yang dulu kupanggil Dinda telah menjadi Dinda bagi lelaki lain
Dinda kini engkau telah menemukan Kanda yang tak sebodoh Kandamu dahulu
Aku yang dulu bodoh karena semudah itu merelakan, tak mengusahakan, dan tak mempertahankan mu

    Sekarang patung ini telah menyadari sesuatu yang telah aku relakan, lepaskan tidak mungkin dapatku genggam lagi
Dinda, engkau tetaplah menjadi Dinda dihatiku baik dulu, sekarang, ataupun nanti
Hanya saja, mungkin kan ku samarkan namamu menjadi seorang sahabat, karena tak berhak lagi diri ini memanggilmu dengan kata Dinda lagi.
salam dari hati yang masih tertaut dengan namamu, dengan kasihmu, dengan cintamu.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Shinta Durhaka


Shinta Durhaka
oleh: ristanto
Dinda, engkau adalah sepenggal kata yang tak lepas ku eja tiap doa
Setitik didih yang menggelayut pedih
Seberkas cahaya kunang yang hanya dapat kukenang

Cinta?
Masih bolehkah daku memanggilmu cinta? disaat kau telah dipunya
Kasih?
Oh, tidak. Tak sanggup lagi daku memanggilmu kasih dikala hati hanya mengumpat pedih

Hahaha, sering ku tertawa, melihat coret tinta sajak indah tentang cinta
Namun semua itu telah kulupa.
Kuganti dengan dendam asmara yang tak pernah padam api baranya

Dinda, engkau adalah Shinta durhaka
kau tinggalkan rama penuh dengan luka, penuh dengan derita
Sering kau berkata, "kupotong sayapmu agar kau tak bisa terbang menjauh dariku"
Namun, kau pergi dengan kata, "kau bukanlah burung yang sempurna, kau tak dapat terbang karena tak punya sayap dua" 
Tak ingatkah dinda sendiri yang meniadakannya

Sabtu, 17 Oktober 2015

Jangan Tanya

Jangan Tanya

jangan sekalipun anda bertaya mengapa saya mencintai anda
karena sekeras apapun saya berusaha menjawab, atau selama apapun anda menunggu, tak pernah jawaban itu akan tercipta dari bibir bisu ini.

yang saya tahu, layaknya bulan yang selalu membutuhkan matahari untuk bersinar, seperti itulah saya membutuhkan anda.

Senin, 31 Agustus 2015

Ferris Wheel Alun-Alun Kota Batu

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCjIxz0WdUpT474BJq2OUkxniL0aY73MNG_S6jcjXZy6YBQQIJs6E96CIAJY8ouUWywrK5mWQw8yJwD450APK-e61YgQTvxdcfEpg0H9bkrX_NUIOI5Fgg4HI241v2a94CzY1JHQO8zw/s320/DSC_0069x.jpg
Ferris Wheel Alun-Alun Kota Batu

Matahari telah terbit kembali, dengan rasa kantuk dimataku kucoba mengumpulkan energi untuk beranjak dari tempat tidur yang terasa merantaiku. Kulihat jadwal kuliahku hari ini ternyata penuh sampai sore hari. Segera kubersihkan diri dikamar mandi dan kupacak diri agar pantas untuk pergi. Kugerakkan kaki sembari memandangi langit yang berseri.
Tibalah aku dikampus tempatku menaruhkan semua harapku. Terdengar suara memanggilku. “ristan tungguin.!!!” Suara itu tak asing bagiku. Vieta namanya teman sekelasku sejak semester satu.
 “hai viet, diantar kakak mu lagi…? Tanyaku.
 “gak ris, tadi yang anter ayahku, soalnya kakak ku ada kerjaan diluar kota.” Balasnya.
Kami belum lama kenal, kurang lebih empat bulan yang lalu, itupun tak sengaja karna kami satu kelas dan mempunyai hobi yang sama, yaitu kami sama-sama suka anime. Vieta adalah gadis cantik, jujur, sederhana, penyabar dan dia adalah anak dari golongan orang berada. Dia tidak pernah memilih dan memilah bila berteman. Asalkan orang yang ingin berteman dengannya memberi dampak baik katanya.
Sampailah kami dikelas, namun belum ada seorangpun dikelas selain kami berdua yang baru datang. Akupun duduk disamping vieta dan mulai mengajaknya bicara.
“kita terlalu pagi datangnya vie.” Kataku untuk menghangatkan suasana yang hening.
“iya ris, biasa anak rajin hehhhe” jawabnya sambil tertawa.
Kami berbincang cukup lama sampai obrolan kamipun terhenti karena banyak teman kami yang  datang.
“cie vieta sama ristan berduaan aja hahahha” suara Firman sambil menunjuk kami.
Teman-teman kamipun tak tingal diam, mereka semua menggoda kami dengan candaan mereka. Vietapun hanya tersenyum dan diam, akupun diam seperti halnya vieta. Suasana kembali hening saat dosen jam pertama kami ibu Endah datang. Setelah selesai kuliah seperti biasa aku aku tak langsung pulang, kutemani vieta yang menunggu dijemput oleh ayahnya. Dan saat seperti inilah saat-saat yang paling aku sukai. Karena kami dapat berdua dan bicara tentang apapun yang kami suka. Hampir setiap hari aku menemaninya menunggu jemputan dari keluarganya. Memang vieta tidak boleh naik motor sendiri ke kampus karena kata orang tuanya naik motor itu banyak resikonya. Makanya tiap pagi dia diantar oleh keluarganya. Terkadang ayah, ibu, atau kakaknya. Akupun cukup mengenal keluarga vieta karena seringnya aku menemaninya menunggu dijemput keluarganya. Sore itu jemputan vieta lama sekali belum juga datang. Ternyata ayah vieta baru bisa menjemput nya jam enam sore. Vietapun terlihat lesu karena dia harus menunggu sampai jam enam dikampus sedangkan ini baru jam tiga sore.
“vie, dari pada kamu nunggu disini sendiri kelamaan. Mau gak aku anterin pulang” tawarku padanya.
“gak usah ris, malah repotin kamu ntar..?” jawab vieta.
“Gak kok vie, santai aja. Kaya’ sama siapa aja hehhe” balasku.
“Beneran ni ris gpp..?” tanyanya kembali.
“iya vie, tapi temenin cari makan dulu ya. Kamu kan juga belum makan tadi” jawabku padanya.
“yaudah kalo gitu, sekarang kemana kita..? tanyanya padaku.
“ke kostku dulu ambil motor sekalian tak naruh tas, berat soalnya” jawabku.
“siap ndan hehehhe” balasnya sambil ketawa.
Kamipun berjalan berdua menujun kostku yang tidak jauh dari kampus. Sampailah kami dikostku. Dia aku suruh menunggu diruang tamu. “duduk dulu vie aku tak keatas ganti baju dulu” suruhku pada vieta. Belum ku beranjak dari sisi vieta yang sedang duduk, ibu kost ku keluar dari kamarnya dilantai satu. Memang kostku satu rumah dengan keluarga pemilik kost.
“pacarmu ris..?, pintar kamu pilih wanita, dapat yang cantik seperti dia.” Tanya ibu kostku padaku.
“eeeeee, bu bu bukan bu, dia Cuma teman kok.” Jawabku dengan sedikit gagap tingkah konyolku karena pertnyaan yang mengagetkan tadi. Kulihat vieta tertawa kecil melihatku dibuat kikuk karena sebuah pertanyaan sepele. Segera aku beranjak dari ruang tamu dan beranjak kekamar untuk ganti baju. Selesai kupacak diri dan pergi menghampiri vieta yang sudah lama menunggu dibawah. Saat aku datang kulihat dia masih tertawa kecil memandangiku. Segera kuajak dia untuk beranjak dari kostku.
“ayo vie” ajak ku padanya.
“siap ndan..” jawabnya dengan tawa kecil terlepas dari mulutnya.
Didalam perjalanan mengantar vieta pulang, aku kembali teringat moment yang kikuk tadi. Aku berpikir kenapa aku tidak bisa menjawab pertanyaan sepele tadi. Sampai lamunanku terhenti saat vieta mengajakku bicara ,
“katanya tadi kamu mau makan dulu.” Tanya vieta padaku.
“oh iya sampai lupa aku, depan situ ada rumah makan kok. Kita berhenti disitu aja” jawabku.
Tibalah kami dirumah makan tersebut, langsung aku pesan makan. Sembari kami menyantap hidangan yang telah tersedia aku banyak bertanya pada vieta tentang pribadinya. Mulai dari hal-hal sepele sampai kepada hal yang bisa dibilang personal. Dia juga banyak bertanya kepadaku tentang banyak hal, seperti apa hobiku selain baca dan mengoleksi anime, makanan kesukaanku, pelajaran apa yang paling aku hindari waktu SMA, sampailah dia bertanya tentang masalah asmara padku.
“ris, sebenernya kamu tu udah punya pacar belum sih kok keliatanya dari teman-teman yang lain kamu cenderung diam baik di medsos ataupun obrolan biasa kamu gak pernah nyinggung soal kehidupan asmaramu..? tanyanya padaku. Akupun bingung mau jawab pertanyaan iu. Kemudian aku hanya jawab “ haha kamu aja juga jarang liatin hubungan mu sama pacarmu. Jawabku pada nya.
Memang kami juga satu tipe orang yang sama. Kami tidak terlalu suka mengumbar kehidupan asmara kami dipublik. Bahkan empat bulanan aku mengenalnya belum sempat aku bicara perihal asmara dengannya. Yang aku tahu dia masih single. Karena sering aku lihat chat di hpnya waktu kami tukeran hp waktu jam istirahat. Chat historynya tidak ada yang nama cowo kecuali namaku dan teman sekelas kami. Kami memang sudah sangat akrab, bahkan aku yang notabene bukanlah orang yang mudah menerima kehadiran seseorang hanya dalam jangka empat bulan saja sudah nyaman dengannya. Kurang lebih setengah jam dijalan, akhirnya kamipun tiba dirumah vieta. Akupun diajaknya untuk masuk dulu, akupun mengiyakan ajakan dari vieta. Ternyata dirumah vieta memang sedng tidak ada orang, ayah dan ibu vieta belum pulang dari kantor mereka bekerja. Akupun tak enak berada dirumah vieta tanpa ada orang tuanya. Akupun pamit pulang padanya. Vietapun mengantarku sampai halaman depan dan menunggu sampai aku beranjak dari rumahnya.
Perjalananku pulang kekost aku teringat saat-saat pertama aku mengenal vieta. Vieta adalah gadis yang menurutku unik, karena tak hanya cantik. Dia adalah satu-satunya gadis yang pernah kutemui yang suka dengan anime. Karena kebanyakan gadis zaman sekarang pasti sukanya dengan hal-hal yang berbau korea. Beda dengan vieta, dia cenderung lebih suka dengan hal-hal yang berbau jepang. Memang sama denganku hehhe. Pertama yang membuatku tertarik dengannya adalah saat melihatnya posting gambar sasuke uchiha di instagramnya. Kemudia esoknya aku bertanya padanya apa dia beneran suka dengan anime atau hanya kebetulan posting gambar tersebut. Ternyata memang dia penggemar anime. Sejak saat itu bisa dibilang aku telah tertarik dengannya. Banyak hal yang biasa kami lakukan, mulai dari jalan-jalan keliling kota malang, makan bersama, nonton film di bioskop bersama, dan banyak hal lainnya. Setibanya aku dikost sudah pukul lima sore. Segera kubergegas kekamar mandi dan membersihkan badan yang penuh keringat ini.  Selesai mandi kucek hp ternyata ada panggilan tak terjawab dari vieta. Segera aku pakai baju dan kutelephone balik vieta.
“hai vie, maaf tadi aku pas mandi jadi gak tahu kalo kamu telephone. Ada apa..? tanyaku.
“gpp kok ris, mastiin aja kamu dah sampe kost belum.” Jawabnya.
“hahaha kawatir ya sama aku kalo terjadi apa-apa…? Tanyaku kembali.
“ya jelas lah ris, kamu kan temen deketku.” Balasnya.
“lebih dari teman juga mau kok hahaha” candaku padanya.
“ah kamu itu bercanda aja ris, bikin salting tau hehhe” sautnya.
Sekitar satu jam aku bercakap-cakap dengannya via telephone, dan kulihat sudah jam setengah tujuh. Segera kuambil air wudhu dan shalat magrib, biarpun telat tetep harus sholatkan hehhe.
Keesokan harinya aku bertemu vieta seperti biasa dikampus, namun kali ini aku lihat dia nampak sumringah dan ceria. Akupun segera bertanya padanya kenapa dia terlihat begitu senag. Namun dia Cuma berkata “karena bertemu kamu ris hehhhe” jawaban yang membuatku senang namun aku tahu itu hanya candaannya saja. Seperti biasa kami saat jeda jam perkuliahan aku dan vieta kalo tidak makan di kantin dekat fakultasku ya nongkrong diperpus, iya nongkrong karena kami kesitu kebanyakan tidak untuk membaca buku tapi untuk memanfaatkan fasilitas wifi disana hehehe, jangan ditiru ya ini kebiasaan buruk. Seringkali kami berduaan terus sehingga terkadang banyak pertanyaan baik dari teman satu kelas ataupun dosen yang cukup kenal kami, apakah kami berpacaran. Namun kami hanya bisa menjawab belum hahhha. Suatu ketika ada dosen yang bertanya pada kami perihal hubungan kami saat bercanda dalam kelas.
“iya saudara-saura sekalian, wajar jika remaja apalagi mahasiswa seperti anda bila tertarik dengan lawan jenis dan mempunyai rasa untuk mencoba membangun komitmen dalam suatu hubungan seperti halnya pacaran. Benar tidak kita tanya pada saudara ristan dan vieta. Coba tanya mereka..!” penjelasan pak Djoko suryono dosen psikologi perkembangan yang sedang menmberikan materi. Sontak kelaspun berubah dari keadaan khidmat mendengarkan materi yang disampaikan menjadi riuh oleh suara teman-teman kami yang menyoraki kami. Segera pak Djoko pun mencairkan suasana namun malah bertanya kepada kami berdua.
“bagaimana ristan ,vieta, benar kan kalian mengalami hal tersebut” tanya pak djoko pada kami. Dengan kompaknya kami tanpa sadar hanya saling memandang tanpa bisa berkata apapun. Dari situ sebenarnya ada perasaan senag karna memang dalam keinginananku aku pun mau bila menjadi pacar dari vieta. Hari demi hari kami lewati seperti biasa. Seiring berjalannya waktu akupun sadar bahwa terkadan bila libur hari minggupun aku bertemu dengan vieta. Seperti ada sesuatu yang kurang dalam hari-hariku. Namun itu aku anggap hanya karena kebiasaanku bersama dengannya setiap hari, namun setelah sehari saja tak bertemu atau tidak ada kabar darinya hariku terasa kurang.
Perasaan yang aku anggap biasa tersebutpun mulai aku anggap janggal ketika siang itu vieta di temui oleh cowok kelas lain saat bersamaku duduk di gazebo depan gedung kuliahku. Ternyata dia adalah teman satu UKM dengan vieta. Disitu dia mendatangi kami dan bertanya pada ku terlebih dahulu sebelum ke vieta.
“ hai bro, kenalin alfi. Anak FE” sapanya ramah padaku.
“ristan , anak sastra. Salam kenal” jawabku dengan santai.
“pinjam si vieta dulu ya bro sebentar.” Meminta padaku.
“Ya tanya aja orang nya itu disamping” jawabku dengan agak sinis.
“udahlah ris, jangan sinis Cuma sebentar kok” saut vieta padaku.
“gak sinis vie, emang gini kan gaya bicaraku” jawabku pada vieta. Walaupun sedikit sinis juga aku liat vieta ngobrol berdua dengan cowok yang baru dia kenal. Diajaknya vieta sedikit menjauh dari tempat dudukku. Kulihat cowok itu seperti meminta no vieta karena dia mengeluarkan hpnya dan dengan serius mendengarkan saat vieta berbicara. Lima menit kemudian vieta kembali ketempatku dan menegurku.
“hei, kenapaa mukamu kamu tekuk kaya gitu.?” Tanya vieta padaku.
“apaan, biasa aja.” Jawabku singkat.
“udah jangan cemburu, dia Cuma minta no ku untuk acara UKM ris.” Balasnya. Tak ku jawab pertanyaannya dan lansung aku alihkan pembicaraan pada hal lain. Kuajak dia kembali ke kelas karena sudah hampir masuk jam kuliah selanjutnya,
Sampai dikostpun aku masih terpikir kejadian saat dikampus. Saat vieta dihampiri oleh cowok lain seperti ada perasaan tak rela, disitu aku baru sadar bahwa telah timbul rasa suka dalam hatiku pada vieta. Malam itupun aku terus memikirkan vieta. Dan pada akhirnya kutelphone vieta. Namun nonya sedang sibuk, akhirnya aku sms dia.
Inilah bunyi sms yang kukirimkan padanya.
“ vie, boleh tanya gak. Wajar gak sih bila seorang teman suka sama sahabatnya sendiri. Wajar gak kalau seorang teman menaruh perhatian lebih pada sahabatnya. Wajar gak jika seorang teman berharap ingin lebih dekat dengan sahabatnya, dan wajar gak bila seorang teman jatuh cinta pada sahabatnya sediri…?”
Kukirimkan sms itu dan menunggu jawaban dari vieta. Kutunggu satu jam belum juga ada balasan. Tetap kutunggu berharap dia membalas pesan dariku. Tersadar oleh suara alarm, ternyata aku sampai tertidur karena mungkin kelelahan karena kegiatan dikampus. Kucek hpku ada dua sms masuk dak satu panggilan tak terjawab. Segera kucek ternya semua dari vieta. Dia membalas pesanku semalam. Jawabannya pun singkat “gak salah kok, siapa ris cewknya kenalin aku dong..!! please …” begitulah isi smsnya.
Ternyata vieta tak sadar bahwa pesan tersebut kumaksudkan untuk dirinya. Smsnya pun  tak ku balas. Sampai kami bertemu seperti biasa dikampus. Dia menanyakan perihal sms yang aku kirimkan padanya semalam. Namu dengan kilah itu adalah kasus dari temanku akirnya vieta berhenti menanyakan hal itu. Walaupun sebenarnya semua itu adalah kasusuku dengannya sendiri. Hari demi hari kulewati dengan memendam perasaan yang sebenarnya inginku ungkapkan padanya. Namun aku takut jika perasaanku ini aku ungkapkan, maka akan merusak hubungan persahabatan kami. Maka terus kupendam perasaan ku ini sendiri.
Waktu terus berjalan tak terasa aku sudah berteman dengan vieta selama enam bulan. Dan tak terasa pula aku sudah terlalu lama memendam perasaanku padanya. Seringkali terbersit dalam pikiranku untuk mengungkapkan perasaanku ini padanya. Namun lisanku seakan terbungkam mengingat kami sudah berteman lama dan aku takut bila hanya karna ingin memenihi egoku , persahabatan kamipun hancur. Namun pada puncaknya aku tak sanggup lagi menahan gejolak perasaan yang memaksa untuk diungkapkan. Akhirnya kubulatkan tekad untuk mengungkapkan semuanya pada saat yang tepat. Hari yang spesial dan bermakna. Kuputuskan untuk mengungkapkannya dua minggu lagi tepat hari dimana aku dilahirkan kedunia ini. Akupun berharap vieta dapat menjadi kado spesial pada hari tersebut. Setelah menunggu cukup kurang lebih dua minggu hari yang kunantikan pun tiba. Besok adalah hari ulang tahunku. Hari dimana kubulatkan tekad ungtuk mengungkapkan semua perasaan yang menggelora ini padanya. Keesokan harinya banyak sekali notif bermunculan di hpku, dan semuanya sama. Ucapan ulang tahun dan bla bla bla. Tahu sendiri kan seperti apa heheheh. Namun disitu notif yang paling kucari tidak muncul, iya ucapan dari vieta kok gak ada pikirku. Dengan rasa yang sedikit kecewa aku berpikir, apa dia lupa hari ulang tahunku. Namun segera aku berpikir, mungkin dia mau kasih kejutan kali makanya dia gak ngucapin duluan. Dengan semangat aku berangkat kekampus berharap segera bertemu dengan vieta. Namun kembali kekecewaanku muncul. Vieta tidak masuk kuliah tak tahu kenapa. Hpnyapun juga tidak bisa dihubungi. Akirnya akupun memendam kecewaku pada hari itu. Tanpa diduga, ada line dari vieta, kubuka dan terntanya ada video yang dia kirim, betapa terkejutnya aku melihat video itu. Dalam video itu vieta vieta membuat sebuah stop motion dengan tulisan “happy birthday ristan …..” video tersebut kurang lebih 3 menit dengan menampilkan foto-fotoku bersama vieta, baik saat kami senang, sedih bahkan expresi-ekspresi jelek kami saat berfotopun juga ada. Saat itulah semua rasa kecewaku padanya hilang. Segera aku telephone dia.
“huft hampir aja aku marah sama kamu vie, tak kirain lupa hari apa ini” sautku padanya.
“ hahah jangan marah ris, sengaja aku gak ngucapin lewat chat atau telephone dan aku gak masuk kuliah biar surprise. Gak mungkinlah aku lupa hari apa ini, inikan hari dimana teman terbaikku lahir hehheh” jawabnya tertawa.
“karena kamu udah bikin marah aku, sebagai gantinya nanti malam kamu nemenin aku keluar keliling malang ya. Harus itu, hukumnya wajib. Nanti jam tujuh kujemput.” Balasku.
“iya-iya, tapi traktir ya hehhe. Balasnya.  Kurang lebih satu jam kami bercakap via telephone. Waktu sudah menunjukan jam lima sore. Segera aku mandi dan memacak diri untuk hari dan moment terpenting malam nanti. Karena malam ini aku akan menyatakan semua perasaanku padanya. Setelah selesai shalat magrib, segera kugeber motor klasikku menuju rumah sahabat spesialku. Dalam perjalanan menuju rumah vieta aku berpikir bagaimana carku mengungkapkan perasaanku ini. Namu tak satupun cara kutemukan. Pada akhirnya dengan kebiasaanku. Kupercayakan diri untuk mengatakan semuanya apa adanya saja seperti halnya keseharianku yang penuh spontanitas hehheh. Tibalah aku dirumah vieta, segera ku ketuk pintunya. Keluarlah ibu vieta.
“assalamualaikum tan.” Sapaku pada ibu vieta.
“walaikiumsallam dek, cari vieta ya..? silahkan masuk dulu, katanya tadi kalau kamu datang disuruh menunggu sebentar.” Balas ibu vieta dengan ramahnya. Segera aku masuk dan duduk diruang tamu dengan ayah dan ibu vieta. Vieta tak lama turun dari kamarnya. Segera aku meminta ijin untyuk mengajak vieta keluar. Orang tuanyapun mengijinkannya karena mereka sudah mengenalku dengan baik, mengingat aku pernah mengantar vieta pulang dan sering pula menyambangi rvieta dirumah untuk mengembalikan atau mengantar buku yang ingin dipinjam vieta.
Kamipun pamit untuk pergi. Diperjalanan vieta banyak menggodaku, dan mengajakku bercanda.
“cie yang baru ulang tahun, nanti traktir ya hehehhe” godanya padaku.
“siap ndan hahhaah” balasku padanya.
“udah tambah umurnya, tapi kok masih jomblo aja kamu hahha” ledeknya padaku.
“emang kamu udah punya pacar.? Hahah” balasku padanya.
“ih kamu gak asik ris, ni makan jomblo..hahha” dicubitnya tanganku.
“ah sakit vie, kamu jahat kalo lagi marah sama aku.” Balasku.
Setelah kurang lebih kami dalam perjalanan kami berhenti di rumah makan dekat dengan alun-alun kota batu untuk makan malam. Ya memang malam itu tujuanku menuju alun-alun kota batu bersama vieta. Setelah selesai makan kamipun sgera menuju alun-alun untuk menikmati malam berdua. Disitu aku terbersit ide untuk menyatakan perasaanku padanya diatas wahana Ferris Wheel atau lebih dikenal dengan bianglala di malang. Kuajak dia menaiki wahan tersebut. Saat itu kumantapkan hati untuk menyatakan semuanya, dengan resiko apapun yang akan kuterima.
Kamipun menaiki bianglala, dalam putaran kedua aku berkata pada vieta yang sedang asyik mengajakku selfie.
“ vie, mau gak jadi pacarku…?” tanyaku.
“hah apa ris..? tanyanya balik.
“kamu mau gak jadi pacarku vie…?” tanyaku memperjelas.
“hah… apaan sih ris gak usah bercanda deh, gak lucu tau.” Jawabnya dengan kaget.
“aku gak bercanda vie, kapan ta kamu liat aku bercanda soal kaya gini. Aku tuh beneran suka sama kamu, aku berharap lebih dari sekedar teman vie, aku ingin memegang tanganmu dan berkata pada siapapun yang bertanya tentang hubungan kita dengan lantang aku ingin menjawabnya. Iya vieta pacarku. Kamu mau gak jadi pacarku.” Tanyaku lagi.
“gimana ya ris…? Jujur aku emang nyaman sama kamu, aku pun sama punya keinginan lebih dari sekedar teman denganmu. Tapi aku takut ris, jika nanti hubungan yang kita inginkan ini tak berjalan sesuai persepsi kita dan akirnya malah membuat kita saling menjauh satu sama lain ris. Aku gak mau itu terjadi.’ Jawabnya.
“begitupun aku vie, namun apalah arti sebuah hubungan tanpa ada hambatan dan rintangan. Pasti kedua hal tersebut selalu ada vie. Tapi yakinlah selama kita bisa saling mngerti dan tidak mengedepankan ego kita msaing-masing tentu hal itu tidak akan terjadi.” Jelasku padanya.
“iya ris, aku mau. “ jawabnya singkat.
Langsung kupeluk dia dan aku berkata padanya.
“makasih ya kamu mau nerima aku, aku gak bisa janjiin banyak kekamu. Aku gak bisa menjanjikan kamu bahagia seterusnya. Namu aku akan selalu menciba menjadi sosok yang selalu dapat membuatmu tertawa saat kamu terluka.” Perkataanku padanya. Tak lama bianglala kamipun berhenti dan kami turun bersama. Kulihat dari raut mukanya, vieta terlihat bahagia. Kugandeng tangannya dan kuajak dia mengelilingi alun-alun kota batu tersebut. Waktu sudah mulai larut malam akirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Setibanya dirumah vieta akupun segera pamit pulang kepada orangtua vieta. Keesokannyapun kami bertemu dan memang janjian bertemu di depan gerbag masuk kampus. Kutunggu dia dan akhirnya dia datang diantar kakaknya. Kamipun segera beranjak menuju kelas. Kugandeng tangannya , walau sedikit canggung karena ini kali pertama kami bergandengan tangan didepan umum walaupun kami sudah sering terlihat bersama. Aku masuk kelas dengan tetap mengandeng tangannya dan duduk bersebelahan. Teman-teman kamipun banyak yang bertanya apa kami sudah jadian beneran dan seperti apa yang aku katakan pada vieta. Kujawab dengan lantang bahwa vieta adalah pacarku.
-Ristanto-
****